Sinergi dan Kolaborasi Antar Perusahaan Baja Nasional dalam Menghadapi Tantangan Perdagangan Global, Krakatau Steel dan Tata Metal Lestari Ekspor 5 Ribu Ton Baja ke Amerika Serikat
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk terus mengupayakan langkah strategis dalam menghadapi tantangan perdagangan global yang saat ini dalam kondisi tidak baik-baik saja. Salah satu langkah strategis yang diambil perusahaan ini adalah memperkuat sinergi dan kolaborasi dengan industri baja sejenis, khususnya industri baja yang bergerak di sektor hilir. Langkah ini juga dilakukan guna mendukung program hilirisasi dan industri berkelanjutan yang telah dicanangkan oleh Presiden RI, Prabowo Subianto. Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, Muhamad Akbar Djohan, menegaskan bahwa sebagai holding BUMN, perusahaan akan terus mendorong anak usahanya seperti PT Krakatau Baja Industri (KBI) untuk bisa melakukan sinergi dan kolaborasi dengan industri baja lainnya di sektor hilir.
Pada Selasa, 25 Februari 2025, PT Krakatau Baja Industri, anak usaha Krakatau Steel, bersama PT Tata Metal Lestari dari Tatalogam Group mengekspor 5.000 ton baja lapis Nexalume, Nexium, dan Nexcolor ke Amerika Serikat.
"Hari ini kami berhasil memproduksi baja berkualitas tinggi sehingga dapat menembus pasar ekspor ke Amerika Serikat sebanyak 5.000 ton. Produk yang di ekspor adalah baja CRC kami, yang kemudian diolah oleh konsumen kami, PT Tata Metal Lestari, menjadi produk hilir seperti Baja Lapis Aluminium Seng (BJLAS), Baja Lapis Seng (BJLS), dan Baja Lapis Aluminium Seng dan Baja Lapis Seng Cat Warna (BJLAS & BJLS Warna)," ungkap Direktur Utama PT Krakatau Baja Industri, Arief Purnomo.
Arief menambahkan bahwa dibutuhkan spesifikasi baja khusus agar dapat membuat produk-produk baja jenis ini, dan pabrik Cold Rolling Mill telah mampu menjaga kualitas produksinya.
Sementara, Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, Muhamad Akbar Djohan, mengatakan bahwa ekspor ini membuktikan Indonesia mampu menembus pasar Amerika Serikat yang belakangan ini disebut sulit ditembus dengan proteksionismenya.
“Kami juga berperan mengelola stakeholder nasional, kemudian meyakinkan regulator untuk selalu memberikan dukungan baik itu perlindungan atau proteksi dalam negeri, maupun dengan regulasi-regulasi untuk mendorong ekosistem industri baja nasional kita,” ujar Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, Muhamad Akbar Djohan.
Akbar menjelaskan bahwa industri baja nasional berhasil mengekspor baja lapis senilai sekitar USD7,2 juta dengan tujuan Amerika Serikat meskipun kondisi perdagangan global sedang tidak menentu. Keberhasilan ini tidak lepas dari sinergi antara PT Krakatau Baja Industri sebagai penyedia bahan baku dan PT Tata Metal Lestari sebagai produsen baja lapis di sektor hilir.
“Apa yang kita lakukan hari ini dengan melakukan ekspor ke AS ini bukan hal yang biasa-biasa saja. Jujur, industri baja kita tidak dalam keadaan yang baik-baik saja. Tapi dengan ekspor yang dilakukan PT Tata Metal hari ini, cukup memberi pesan yang sangat jelas dan konkret, bahwa produk baja nasional kita masih sangat diperhitungkan di pasar global. Hari ini tentu menjadi satu implementasi dari asta cita Bapak Presiden yaitu mengedepankan hilirisasi dan industri yang berkelanjutan dalam negeri,” terang Akbar.
Di kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Krakatau Baja Industri, Arief Purnomo, menyampaikan bahwa KBI memiliki kapasitas produksi hingga 90 ribu ton bahan baku baja lapis per tahun. Produk tersebut juga sudah mengandung 60 persen total kandungan dalam negeri.
Dengan kapasitas produksi setinggi itu dan tingkat komponen dalam negeri yang cukup signifikan, pihaknya berkomitmen untuk terus mendukung berkembangnya industri baja lapis di hilir sehingga mampu memproduksi produk berkualitas tinggi yang mampu bersaing tak hanya di pasar nasional, tapi juga hingga menembus pasar global.
“Harapan kami, ke depan industri baja di hilir terus berkembang dan mendapat dukungan dari sektor hulu. Jadi semua kekuatan industri, terutama baja di Indonesia itu dari mulai hulu hingga hilir diperkuat. Hilir ini menjadi rentan karena produk impor ini banyak masuk ke hilir. Dampaknya nanti sampai hulu pun produksinya bisa terhenti. Karena itu penguatan industri hilir memang harus diutamakan,” terang Arief.
Vice Presiden PT Tata Metal Lestari, Stephanus Koeswandi, sangat mengapresiasi kolaborasi yang dilakukan oleh PT Krakatau Steel (Persero) Tbk dan PT Krakatau Baja Industri. Menurutnya, dukungan ini membantu menghidupkan kembali sektor hilir baja, sehingga dapat menghasilkan produk berkualitas yang mampu bersaing di pasar lokal maupun global.
“Ini memperlihatkan bahwa industri baja nasional telah tumbuh menjadi semakin penting bagi perekonomian nasional maupun perekonomian global. Dan tren tahun 2023 jika dibandingkan 2024, produk baja dengan HS 73 ini mengalami peningkatan sebesar 818 ribu ton. Jadi ini kita lihat adanya kemajuan khususnya di sektor hilir industri baja. Semua ini membuktikan bahwa kualitas baja dari Krakatau Steel yang diproduksi di Indonesia tidak kalah kualitasnya dengan produk-produk yang ada di luar negeri dan bisa diterima di seluruh dunia dengan mengikuti standardisasi yang ada,” ungkap Stephanus.
Menurut Stephanus, manuver ekspor sendiri mulai dilakukan PT Tata Metal Lestari setelah pihaknya membaca situasi geopolitik yang ada.
“Pertama, manuver ekspor dilakukan karena adanya gangguan rantai pasok akibat perang dagang antara China dengan Amerika Serikat, gangguan logistik, juga adanya permintaan yang fluktuatif di Indonesia, terutama di kuartal pertama yang agak menurun, yang kemudian dibarengi dengan ekspor. Kemudian, ada juga kebijakan pemerintah dan regulasi untuk mendukung peningkatan ekspor,” jelasnya.
“Dengan manuver ekspor ini, tentu kami melakukan restrukturisasi industri yang berfokus pada keberlanjutan dan efisiensi energi sebagai bagian dari strategi PT Tata Metal Lestari. Dengan begitu, kami semakin yakin untuk meningkatkan pangsa pasar ekspor, dari tahun lalu hanya sekitar 30 persen, tahun ini kami coba tingkatkan lagi menjadi 40 persen dari kapasitas produksi kami yang setelah dilakukan investasi baru bisa mencapai 500 ribu ton per tahun. Selain itu, sebagai bagian dari strategi ekspansi global, Tata Metal Lestari juga telah membuka kantor perwakilan di Sydney, Australia, dan Singapura guna memperluas jaringan bisnis dan memperkuat kemitraan dengan mitra-mitra internasional,” tambahnya.