• The Indonesian Iron & steel
    Industry Association
Member Area
  • Home
  • About
    • Visi & Misi
    • Sejarah
    • Organisasi
    • Program Utama
  • Member
  • Information
    • Berita
    • Presentasi
    • Publikasi
  • Event
    • Acara Mendatang
    • Acara Terdahulu
  • Advertising
  • Contact
  • Katalog Baja
  • Home
  • Berita
  • SEAISI Travelling Seminar 2023: Pentingnya Industri Baja Menerapkan Green Steel Technology
Technology 03 April 2023

SEAISI Travelling Seminar 2023: Pentingnya Industri Baja Menerapkan Green Steel Technology

SEAISI Travelling Seminar 2023: Pentingnya Industri Baja Menerapkan Green Steel Technology
Sumber: IISIA, SEAISI

IISIA menyelenggarakan kegiatan SEAISI Travelling Seminar pada tanggal 20 Maret 2023 bertempat di Hotel Mercure Gatot Subroto, Jakarta. Kegiatan seminar sehari yang mengusung tema “Value Creation Through Green Steel Technology Towards Sustainable Steel Industry”  ini dibuka oleh Setiawan Surakusumah sebagai Direktur Komite Strategi Industri dan Teknologi IISIA. Kegiatan yang dilaksanakan bekerja sama dengan SEAISI (South East Asia Iron & Steel Institute) ini merupakan penutup dari rangkaian kegiatan travelling seminar yang sebelumnya telah dilaksanakan secara berturut-turut di negara-negara anggota SEAISI, yaitu Malaysia (6 Maret 2023), Filipina (8 Maret 2023), Vietnam (10 Maret 2023), Thailand (13 Maret 2023), Myanmar (15 Maret 2023) dan Singapura (17 Maret 2023). 

Narasumber yang dipersiapkan oleh SEAISI dalam travelling seminar di tujuh negara ini adalah Mr. Lee Chun Hsien dari Tung Ho Steel Enterprise-Taiwan, Mr. Katsuaki Masuda dari Kobe Steel, Ltd-Jepang, dan Mr. Chin Seng Yap dari UK Certification Authority for Reinforcing Steels (UK CARES)-Inggris. Indonesia sebagai tuan rumah menghadirkan dua narasumber tambahan, yaitu Prof. Dr. Pino Tese dari SMS Group-Jerman dan Dr. Zulfiadi Zulhan dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Indonesia. Jumlah peserta yang hadir tercatat 61 orang dari berbagai perusahaan anggota IISIA.

Pada sesi pertama Dr. Zulfiadi dalam paparannya menyampaikan fakta bahwa sektor industri baja menyumbang 11% emisi karbon global. Sekitar 80% dari emisi tersebut bersumber dari energi yang digunakan, sedangkan emisi dari proses pembuatan baja sendiri hanya sekitar 20%. Oleh karena itu, pengurangan atau transformasi energi menuju energi hijau yang rendah emisi karbon menjadi sangat penting. Dr. Zulfiadi mengestimasi industri baja di Indonesia menghasilkan emisi karbon setidaknya 20.000 ktCO2, sementara industri nikel diperkirakan menghasilkan sekitar 60.000 ktCO2 atau hampir 3 kali lipatnya.

Gambar 1 Emisi Karbon Global Per Sektor (Sumber: https://ourworldindata.org/emissions-by-sector)

Skema teknologi proses pembuatan baja (Gambar 2) menunjukkan bahwa jalur blast furnace (BF) menghasilkan emisi terbanyak mencapai 2,45 tCO2 per ton baja dibandingkan emisi terendah dari jalur direct reduction (DR) berbasis gas H2 dipadukan dengan electric arc furnace (EAF) yang hanya menghasilkan 0,1 tCO2 per ton baja. Selanjutnya Dr. Zulfiadi menjelaskan beberapa alternatif teknologi pembuatan baja yang memiliki potensi menghasilkan emisi CO2 yang lebih rendah, antara lain teknologi Shaft Furnace (DR)-EAF (HYBRIT), Shaft Furnace-SAF-BOF, Molten Metal Electrolysis (Boston Metal), serta Fluidized Bed-EAF-SAF-BOF (HyREX), dengan tinjauan kelebihan dan kekurangan dari masing-masing teknologi tersebut.

Gambar 2 Emisi Karbon Per Teknologi Proses Pembuatan Baja
(Sumber: Dr. Zulfiadi Zulhan, ITB)

Memperkuat data yang disampaikan Dr. Zulfiadi, pada sesi kedua Prof. Dr. Pino Tese menyampaikan bahwa emisi CO2 industri baja global diperkirakan mencapai 4,2 GtCO2 atau sekitar 10% dari total emisi global dimana sekitar 6% merupakan emisi langsung industri baja sedangkan 4% adalah emisi tidak langsung dari industri pendukung industri baja (industri pertambangan bijih besi, industri smelter yang memproduksi ferroalloy, dan industri pembangkit listrik). Dari total emisi tersebut, saat ini diperkirakan 72% dihasilkan dari jalur produksi BF dan 28% dari jalur EAF.

Salah satu pokok pembahasan yang menarik adalah mengenai langkah-langkah penerapan teknologi oleh industri baja dalam menyikapi target nasional penurunan emisi CO2 sesuai NDT (nationally determined contribution) yang ditetapkan oleh masing-masing negara menuju net zero emission di tahun 2060. Industri baja secara bertahap dapat melakukan langkah efisiensi energi dan bahan baku sebelum tahun 2025, yang dilanjutkan dengan pengurangan emisi karbon dalam dua langkah besar sebelum tahun 2035 untuk mencapai target emisi 0,5 tCO2 per ton baja cair. Selanjutnya, penerapan teknologi pengolahan baja berbasis hidrogen dapat diaplikasikan secara penuh di tahun 2040 sehingga pada akhirnya dapat mencapai target net zero emission di tahun 2050 (Gambar 3).

Gambar 3 Tahapan Implementasi Teknologi Penurunan Emisi Industri Baja
(Sumber: IEA, SMS Group)

Pada akhir paparan, Dr. Pino Tese menjelaskan bahwa pengurangan emisi karbon di industri baja sangat tergantung kepada penerapan teknologi reduksi langsung (direct reduction) untuk menghasilkan besi dari bahan baku bijih besi yang menghasilkan emisi karbon 0%. Secara khusus, SMS Group menawarkan teknologi Midrex DRI sebagai salah satu solusi yang dapat dipilih oleh industri baja, termasuk industri baja di Indonesia.

Gambar 4 Skema Jalur Teknologi Reduksi Langsung Midrex DRI
(Sumber: Midrex, SMS Group)

Pada sesi selanjutnya, Mr. Lee Chun Hsien memaparkan mengenai inovasi dan peningkatan proses produksi (process improvement) yang berhasil dilakukan di Taoyuan Plant, Tung Ho Steel Enterprise, Ltd., Taiwan, yang berhasil menghemat energi sebesar 344,5 GWh per tahun. Beberapa perbaikan yang dilakukan antara lain adalah penggunaan alat pendeteksi slag untuk mencegah masuknya kotoran ke baja cair, penggunaan modifikasi con-door untuk efisiensi proses peleburan dan penghematan scrap, peningkatan utilisasi oksigen untuk meningkatkan temperatur sehingga menghemat energi listrik, serta penerapan metode direct rolling tanpa menggunakan reheating furnace yang dapat menghemat energi pembakaran dan mengurangi emisi gas buang termasuk emisi karbon. Pencapaian ini merupakan salah satu bukti bahwa penerapan tahapan pengurangan emisi karbon perlu dilakukan dari tahap yang paling awal, yaitu penghematan energi dan bahan baku serta peningkatan dan optimasi proses produksi. 

Pada sesi penutup, Mr. Yap Chin Seng dari UK CARES memperkenalkan layanan sertifikasi yang telah terakreditasi secara internasional yang berguna bagi industri baja. Pasar global telah mensyaratkan green industry termasuk kandungan emisi karbon yang terdapat pada produk baja sebagai material konstruksi, khususnya pada baja tulangan beton. UK CARES menawarkan sertifikasi independen yang diakui secara global antara lain oleh Building Research Establishment (BRE) di Inggris, Australia Green Building Council, Singapore Green Building Council dan Hongkong Green Building Council.

Salah satu hal yang menarik untuk diketahui adalah gambaran life cycle kandungan emisi karbon pada bangunan mulai dari material konstruksi yang digunakan, proses pemasangan konstruksi, pada masa pakai (penggunaan) bangunan hingga saat bangunan didemolisi (Gambar 5). Data menunjukkan bahwa 50% emisi karbon pada bangunan bersumber dari material, dan 43% emisi dihasilkan saat penggunaan bangunan tersebut.

 

Gambar 5 Life Cycle Kandungan Karbon pada Material Konstruksi
(Sumber: IstructE, UK CARES)

Hal yang menarik dari gambaran siklus hidup kandungan emisi karbon di atas adalah bahwa pada akhir masa hidup bangunan dihasilkan limbah antara lain berupa scrap baja yang dapat didaur ulang. Pada siklus berikutnya, semakin tinggi kandungan scrap pada proses pembuatan baja (misalnya pada EAF digunakan 100% scrap) maka perhitungan emisi karbon pada produk baja yang dihasilkan akan semakin rendah. Data pihak ketiga UK CARES menghitung emisi karbon EAF hanya sekitar 0,88 tCO2 per ton baja. Hal ini sejalan dengan panduan tahapan transformasi teknologi menuju net zero emission yang dimulai dari penerapan material daur ulang berbasis rendah energi dan menggunakan proses yang menghasilkan emisi rendah, sebelum pada akhirnya menuju ke penggunaan teknologi berbasis hidrogren. 

IISIA dan SEAISI menyampaikan terima kasih kepada seluruh sponsor yang mendukung terselenggaranya SEAISI Travelling Seminar 2023 di Jakarta, yaitu UK CARES, SMS Group, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, PT Gunung Raja Paksi, Tbk., PT The Master Steel Manufactory dan PT Krakatau POSCO.

***

 

Back
Archive
Archive
  • Show All
  • 2024
  • 2023
  • 2022
  • 2021
  • 2020
  • 2025
Category
  • Market
  • Environment
  • Policies
  • Investment
  • IBF Event
  • News Update
  • Event
background-img
Membership Only
Halaman ini hanya dapat diakses oleh anggota. Silakan hubungi admin untuk mendapatkan akses atau login untuk membaca selengkapnya.

Sudah menjadi member ? Masuk :{link} disini

The Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA)

The Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) adalah organisasi industri besi dan baja yang berupakan peleburan dari beberapa asosiasi besi dan baja dari hulu ke hilir dan setelah diresmikan pada tahun 2009.

Member Of
Quick Links
  • Sejarah IISIA
  • Sponsor
  • Acara Mendatang
  • Berita
  • Anggota
  • Kontak
  • Katalog Baja
  • Monitoring Ex-Im
Our Partners
  • SEASI
  • KADIN Indonesia
  • IPERINDO
  • REI
  • GAPEKSINDO
  • INKINDO
  • ASPEKNAS
IISIA News
Our Office
  • Gedung Krakatau Steel Lt 9 Jl. Jend. Gatot Subroto Kav 54 Jakarta Selatan 12950
  • 0811-8806-3300 (Whatsapp)
  • info@iisia.or.id, ironsteel.iisia@yahoo.co.id
2008 - 2025, All Rights Reserved.